MASJID BERSEJARAH DI DUNIA
MASJID adalah bangunan suci termpat umat Islam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam sejarah Islam, pendirian masjid dikaitkan dengan perluasan wilayah Islam dan pembangunan kota-kota baru. Sejarah mencatat bahwa pada masa permulaan perkembangan Islam ke berbagai negeri, umat Islam-ketika menetap di suatu daerah baru membangun masjid sebagai salah satu sarana untuk kepentingan umum. Masjid merupakan salah satu karya budaya umat Islam di bidang teknologi konstruksi yang telah dirintis sejak masa permulaanya dan menjadi ciri khas dari suatu negeri atau kota Islam. Beberapa masjid di dunia berikut ini adalah masjid yang mempunyai nilai sejarah sekaligus mempunyai keistimewaan dari segi arsitektur.
MASJID BERSEJARAH DI ASIA
Masjidilharam
Masjidharam yang merupakan satu dari tiga masjid terpenting (dua masjid lainnya : Masjidilaksa dan Masjid Nabawi) dalam sejarah Islam terletak di kota Mekah, Arab Saudi. Masjidilharam terdiri atas deretan tiang-tiang penyangga dan dinding (disebelah utara setinggi 12,63 m, disebelah timur 11,22 m, di sebelah barat 13,10 m, dan di sebelah barat laut 11,03 m). Tiang penyangga masjid ini berjumlah 589 buah, masing-masing tiang dengan ketinggian sekitar 6 m. Masjidilharam mempunyai 7 menara dan 152 kubah kecil. Di bagian tengah Masjidilharam terdapat bangunan Ka'bah (kiblat) dengan ketinggian 13 m. Pada tahun 1992, Raja Fahd bin Abdul Aziz dari Arab Saudi memperluas area masjid sehingga mampu menampung lebih dari satu juta jemaah.
jabah berbentuk bangunan kubus yang berukuran 12 x 10 x 15 meter (Lihat foto berangka Kabah). Kabah disebut juga dengan nama Baitallah atau Baitul Atiq (rumah tua) yang dibangun dan dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah. Kalau kita membaca Al-Quran surah Ibrahim ayat 37 yang berbunyi "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur", kalau kita membaca ayat di atas, kita bisa mengetahui bawah Kabah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim as menempatkan istrinya Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut. Jadi Kabah telah ada sebelum Nabi Ibrahim menginjakan kakinya di Makkah.
Masjid Jami Delhi
Masjid yang didirikan pada 1650 ini merupakan salah satu masjid terbesar di India. Masjid Jami Delhi dibangun Syah Jehan, sultan Dinasti Mughal. Masjid ini didesain oleh Ostad Khalil dan dapat disebut sebagai replika dari Masjid Moti di Agra. Masjid Jami Delhi memiliki dua buah menara setinggi 130 kaki, tiga pintu gerbang, tiga kubah dan sebuah mimbar terbuat dari marmer. Pintu masjid dihiasi lengkungan kecil dan mempunyai tangga masuk ke ruangan dalam. Halaman masjid ini sangat luas dan mampu menampung sekitar 25.000 jemaah.Masjid yang di dirikan pada tahun 1650 ini merupakan salah satu masjid terbesar di India.
Masjid Umayah
Masjid Agung Umayyah memiliki peran yang amat penting dalam sejarah peradaban Islam. Secara historis dan budaya, masjid yang berdiri megah di jantung kota tua Damaskus, Suriah, itu merupakan salah satu tempat ibadah umat Islam yang paling tua. Inilah salah satu karya fenomenal dalam bidang arsitektur di era kekhalifahan yang menjadi simbol kejayaan dan kebanggaan peradaban Islam. Arsitekturnya telah memberi pengaruh bagi seni bina masjid di seluruh dunia. Masjid Agung Umayyah yang diyakini sebagai salah satu tempat suci bagi kaum Muslimin, itu merupakan tempat lahirnya sejumlah elemen penting dalam dunia arsitektur Islam. Dari masjid inilah, arsitektur Islam mulai mengenal lengkungan ( horseshoe arch), menara segi empat, dan maksurah. Berdirinya Masjid Agung Umayyah berawal dari kedatangan Islam di bawah pimpinan Khalid bin Al-Walid di Suriah pada 635 M. Dengan menjunjung semangat toleransi, umat Islam yang menguasai Damaskus memberi kebebasan bagi penganut Nasrani untuk beribadah. Kedua pemeluk agama samawi ini lalu bersepakat untuk membagi dua gereja St John. Umat Islam beribadah di sebelah timur dan di bagian barat digunakan penganut Kristen sebagai gereja. Tempat ibadah kedua agama ini hanya dipisahkan dinding tembok. Berbilang waktu, jumlah umat Islam di Damaskus terus bertambah banyak. Sehingga, bangunan gereja yang dibagi dua itu tak lagi mampu menampung jumlah umat Islam yang kian bertambah banyak. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) lalu memutuskan untuk membangun masjid yang megah. Umat Islam pun segera bernegoisasi dengan komunitas Kristen Damaskus. Lewat pembicaraan yang alot, akhirnya kedua belah pihak mencapai kata sepakat. Khalifah Al-Walid memutuskan untuk membeli lahan dan mulai membangun masjid yang sangat megah. Sarjana Barat kerap menuding pembangunan Masjid Agung Umayyah sebagai bentuk intoleransi umat Islam. Benarkah? Tudingan itu ternyata salah kaprah. Sebuah studi yang dilakukan Golvyn L (1971) dalam bukunya berjudul, Art religieux des Umayyades de Syrie, membuktikan tuduhan itu tak benar dan tak berdasar. Golvyn berhasil meneliti teks yang ditulis Uskup Arculfe. Dalam teks itu, sang uskup menyatakan kaum Muslimin memiliki masjid sendiri dan gereja St John dibangun umat Kristen di bawah pemerintahan Islam. Penjelasan Uskup Arculfe itu juga didukung dengan sejumlah teks. “Jadi, Masjid Agung Umayyah tak dibangun di atas reruntuhan gereja St John sebagaimana yang dituduhkan sarjana Barat,” papar Golvyn. Proses pembangunan Masjid Agung Umayyah dimulai pada 87 H/705 M dan selesai pada 96 H/714 M. Biaya pembangunannya berasal dari pajak lahan pertanian ( kharaj) yang dipungut pemerintahan Dinasti Umayyah. Pembangunan masjid terbesar pertama di abad ke-8 M itu melibatkan para seniman dan tukang bangunan dari berbagai negeri, seperti Persia, India, Afrika Utara, Mesir, dan Bizantium. Sejarawan Al-Muqadassi menuturkan, Raja Bizantium turut menawarkan para tukang bangunan dan seniman serta bahan bangunan untuk membantu proses pembangunan Masjid Agung Umayyah. Sehingga, kemudian muncul anggapan bahwa gaya arsitektur masjid itu meniru seni bina bangunan Bizantium. Namun, anggapan itu dibantah oleh aristektur Barat KAC Creswell dalam bukunya, Early Muslim Architecture, dan Strzygowski (1930). “Masjid Agung Umayyah adalah murni hasil kerja umat Islam yang terinspirasi oleh gaya Persia,” papar kedua arsitektur kenamaan itu. Pada awalnya, masjid yang besar dan megah itu berdiri di atas lahan dengan panjang 157 meter dan lebar 100 meter serta terdiri atas dua bagian utama. Bagian halaman menempati hampir separuh area masjid dan dikelilingi serambi yang melengkung. Bangunan masjid itu tampak megah dengan ditutupi kubah yang indah. Pada masjid itu juga terdapat tempat khusus untuk menampung zakat atau pendapatan negara yang bernama baitul mal. Bangunan baitul mal yang berada di sisi halaman sebelah barat itu pertama kali didirikan oleh Khalifah Al-Mahdi pada 778 M. Halaman masjid yang berbentuk persegi empat dibiarkan terbuka karena terinspirasi Masjid Nabi Muhammad SAW di Madinah. Masjid ini dihiasi dengan tiga menara yang menjulang di langit Damaskus. Tiga menara yang menemani bangunan masjid yang megah itu terbilang unik. Sebab, biasanya jumlah menara yang ada pada masjid jumlahnya satu, dua, empat, atau tujuh seperti yang terdapat di Al-Haram As-Sharif (Kaabah). Bentuk menaranya yang segi empat menandakan masjid inilah yang pertama kali menggunakan minaret. Terdapat tiga pintu utama untuk memasuki area Masjid Agung Umayyah. Pintu utama pertama terdapat di tengah tembok sebelah utara. Dua pintu lainnya terdapat di sisi tembok sebelah timur (bab jayru) dan sebelah barat (bab ziyada). Di era kekhalifahan Islam, Masjid Agung Umayyah menjadi pusat kegiatan umat. Dari masjid inilah peradaban Islam terus berkembang luas hingga mencapai benua Asia, Afrika, dan Eropa. Pada masa itu, masjid tak hanya menjadi tempat untuk beribadah, namun juga menjadi pusat aktivitas ilmu pengetahuan. Masjid Agung Umayyah makin bertambah istimewa karena berdiri di atas areal bersejarah pra-Islam. Para sejarawan kerap menghubungkan masjid ini dengan sejumlah tokoh agama yang termasyhur. Lahan yang dibangun masjid tersebut ternyata adalah makam Nabi Yahya AS. Sejarawan Ibnu al-Faqih melaporkan bahwa Zaid Ibnu Al-Waqid, yang memimpin pembangunan masjid menemukan tengkorak Nabi Yahya di dekat sebuah reruntuhan. Khalifah Al-Walid lalu memerintahkan agar tengkorak Nabi Yahya itu dikuburkan di salah satu dermaga masjid yang kemudian dikenal sebagai Amud al-Sakasik. Sejarawan Harawi pada 1173 M mencatat bahwa tiang marmet berwarna hitam dan putih yang menopang kubah Al-Nasr (kubah di depan mihrah) masjid itu merupakan tahta Bilqis, ratu Saba di era Nabi Sulaiman AS. Menara sebelah timur atau yang biasa disebut sebagai Menara Isa diyakini sebagai tempat akan turunnya Nabi Isa AS. Hingga kini, Masjid Agung Umayyah yang dibangun 14 abad lalu masih berdiri dengan megah dan indah.
Masjid IstiqlalMasjid Agung Umayyah memiliki peran yang amat penting dalam sejarah peradaban Islam. Secara historis dan budaya, masjid yang berdiri megah di jantung kota tua Damaskus, Suriah, itu merupakan salah satu tempat ibadah umat Islam yang paling tua. Inilah salah satu karya fenomenal dalam bidang arsitektur di era kekhalifahan yang menjadi simbol kejayaan dan kebanggaan peradaban Islam. Arsitekturnya telah memberi pengaruh bagi seni bina masjid di seluruh dunia. Masjid Agung Umayyah yang diyakini sebagai salah satu tempat suci bagi kaum Muslimin, itu merupakan tempat lahirnya sejumlah elemen penting dalam dunia arsitektur Islam. Dari masjid inilah, arsitektur Islam mulai mengenal lengkungan ( horseshoe arch), menara segi empat, dan maksurah. Berdirinya Masjid Agung Umayyah berawal dari kedatangan Islam di bawah pimpinan Khalid bin Al-Walid di Suriah pada 635 M. Dengan menjunjung semangat toleransi, umat Islam yang menguasai Damaskus memberi kebebasan bagi penganut Nasrani untuk beribadah. Kedua pemeluk agama samawi ini lalu bersepakat untuk membagi dua gereja St John. Umat Islam beribadah di sebelah timur dan di bagian barat digunakan penganut Kristen sebagai gereja. Tempat ibadah kedua agama ini hanya dipisahkan dinding tembok. Berbilang waktu, jumlah umat Islam di Damaskus terus bertambah banyak. Sehingga, bangunan gereja yang dibagi dua itu tak lagi mampu menampung jumlah umat Islam yang kian bertambah banyak. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) lalu memutuskan untuk membangun masjid yang megah. Umat Islam pun segera bernegoisasi dengan komunitas Kristen Damaskus. Lewat pembicaraan yang alot, akhirnya kedua belah pihak mencapai kata sepakat. Khalifah Al-Walid memutuskan untuk membeli lahan dan mulai membangun masjid yang sangat megah. Sarjana Barat kerap menuding pembangunan Masjid Agung Umayyah sebagai bentuk intoleransi umat Islam. Benarkah? Tudingan itu ternyata salah kaprah. Sebuah studi yang dilakukan Golvyn L (1971) dalam bukunya berjudul, Art religieux des Umayyades de Syrie, membuktikan tuduhan itu tak benar dan tak berdasar. Golvyn berhasil meneliti teks yang ditulis Uskup Arculfe. Dalam teks itu, sang uskup menyatakan kaum Muslimin memiliki masjid sendiri dan gereja St John dibangun umat Kristen di bawah pemerintahan Islam. Penjelasan Uskup Arculfe itu juga didukung dengan sejumlah teks. “Jadi, Masjid Agung Umayyah tak dibangun di atas reruntuhan gereja St John sebagaimana yang dituduhkan sarjana Barat,” papar Golvyn. Proses pembangunan Masjid Agung Umayyah dimulai pada 87 H/705 M dan selesai pada 96 H/714 M. Biaya pembangunannya berasal dari pajak lahan pertanian ( kharaj) yang dipungut pemerintahan Dinasti Umayyah. Pembangunan masjid terbesar pertama di abad ke-8 M itu melibatkan para seniman dan tukang bangunan dari berbagai negeri, seperti Persia, India, Afrika Utara, Mesir, dan Bizantium. Sejarawan Al-Muqadassi menuturkan, Raja Bizantium turut menawarkan para tukang bangunan dan seniman serta bahan bangunan untuk membantu proses pembangunan Masjid Agung Umayyah. Sehingga, kemudian muncul anggapan bahwa gaya arsitektur masjid itu meniru seni bina bangunan Bizantium. Namun, anggapan itu dibantah oleh aristektur Barat KAC Creswell dalam bukunya, Early Muslim Architecture, dan Strzygowski (1930). “Masjid Agung Umayyah adalah murni hasil kerja umat Islam yang terinspirasi oleh gaya Persia,” papar kedua arsitektur kenamaan itu. Pada awalnya, masjid yang besar dan megah itu berdiri di atas lahan dengan panjang 157 meter dan lebar 100 meter serta terdiri atas dua bagian utama. Bagian halaman menempati hampir separuh area masjid dan dikelilingi serambi yang melengkung. Bangunan masjid itu tampak megah dengan ditutupi kubah yang indah. Pada masjid itu juga terdapat tempat khusus untuk menampung zakat atau pendapatan negara yang bernama baitul mal. Bangunan baitul mal yang berada di sisi halaman sebelah barat itu pertama kali didirikan oleh Khalifah Al-Mahdi pada 778 M. Halaman masjid yang berbentuk persegi empat dibiarkan terbuka karena terinspirasi Masjid Nabi Muhammad SAW di Madinah. Masjid ini dihiasi dengan tiga menara yang menjulang di langit Damaskus. Tiga menara yang menemani bangunan masjid yang megah itu terbilang unik. Sebab, biasanya jumlah menara yang ada pada masjid jumlahnya satu, dua, empat, atau tujuh seperti yang terdapat di Al-Haram As-Sharif (Kaabah). Bentuk menaranya yang segi empat menandakan masjid inilah yang pertama kali menggunakan minaret. Terdapat tiga pintu utama untuk memasuki area Masjid Agung Umayyah. Pintu utama pertama terdapat di tengah tembok sebelah utara. Dua pintu lainnya terdapat di sisi tembok sebelah timur (bab jayru) dan sebelah barat (bab ziyada). Di era kekhalifahan Islam, Masjid Agung Umayyah menjadi pusat kegiatan umat. Dari masjid inilah peradaban Islam terus berkembang luas hingga mencapai benua Asia, Afrika, dan Eropa. Pada masa itu, masjid tak hanya menjadi tempat untuk beribadah, namun juga menjadi pusat aktivitas ilmu pengetahuan. Masjid Agung Umayyah makin bertambah istimewa karena berdiri di atas areal bersejarah pra-Islam. Para sejarawan kerap menghubungkan masjid ini dengan sejumlah tokoh agama yang termasyhur. Lahan yang dibangun masjid tersebut ternyata adalah makam Nabi Yahya AS. Sejarawan Ibnu al-Faqih melaporkan bahwa Zaid Ibnu Al-Waqid, yang memimpin pembangunan masjid menemukan tengkorak Nabi Yahya di dekat sebuah reruntuhan. Khalifah Al-Walid lalu memerintahkan agar tengkorak Nabi Yahya itu dikuburkan di salah satu dermaga masjid yang kemudian dikenal sebagai Amud al-Sakasik. Sejarawan Harawi pada 1173 M mencatat bahwa tiang marmet berwarna hitam dan putih yang menopang kubah Al-Nasr (kubah di depan mihrah) masjid itu merupakan tahta Bilqis, ratu Saba di era Nabi Sulaiman AS. Menara sebelah timur atau yang biasa disebut sebagai Menara Isa diyakini sebagai tempat akan turunnya Nabi Isa AS. Hingga kini, Masjid Agung Umayyah yang dibangun 14 abad lalu masih berdiri dengan megah dan indah.
Masjid terbesar di Asia Tenggara ini terletak di Jakarta, Indonesia. Masjid ini diresmikan pada 22 Februari 1978, akan tetapi pembangunannya terus berlanjut sampai 1987. Masjid Istiqlal mempunyai daya tampung sekitar 100.000 jemaah. Luas bangunan induk masjid hampir 4 ha. Halaman dan taman masjid mempunyai luas 9 hektar dan dapat menampung sekitar 800 kendaraan roda empat. Lantai dasar masjid merupakan kompleks perkantoran, antara lain kantor Majelis Ulama Indonesia, Perpustakaan Islam Indonesia, Dewan Masjid Asi Pasifik, Dewan Masjid Indonesia, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an, Badan Pengelola dan Ta'mir Masjid Istiqlal.
Masjid
Istiqlal adalah Masjid yang terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini
merupakan suatu kebanggaan bagi Bangsa Indonesia, sebagai manifestasi
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas curahan karunia-Nya, bangsa
Indonesia yang mayoritas beragama Islam dapat berhasil memperjuangkan
kemerdekaan dan terbentuknya Negara RI. Oleh karena itulah masjid ini
dinamakan ISTIQLAL artinya MERDEKA. Setelah penyerahan kedaulatan dari
pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia tahun 1949, maka
tercetuslah ide pembangunan Masjid Istiqlal di Jakarta oleh Bapak KH.
Wahid Hasyim (Menteri Agama tahun 1950) dan Bapak Anwar Cokroaminoto,
yang selanjutnya ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Masjid Istiqlal.
Pada tahun 1953 dibentuklah panitia pertama pembangunan Masjid Istiqlal, yang diketuai oleh Bapak Anwar Cokroaminoto. Beliau menyampaikan ide pembangunan Masjid Istiqlal kepada Presiden RI DR. Ir. Soekarno dan ternyata mendapat sambutan hangat, bahkan Presiden akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal.
Pada tahun 1954, DR. Ir. Soekarno oleh Panitia diangat sebagai Kepala Bagian Teknik Pembangunan Masjid Istiqlal, dan sejak itulah beliau aktif dalam kegiatan-kegiatan Masjid Istiqlal antara lain sebagai Ketua Dewan Juri untuk menilai sayembara maket Istiqlal.
Pada tahun 1953 dibentuklah panitia pertama pembangunan Masjid Istiqlal, yang diketuai oleh Bapak Anwar Cokroaminoto. Beliau menyampaikan ide pembangunan Masjid Istiqlal kepada Presiden RI DR. Ir. Soekarno dan ternyata mendapat sambutan hangat, bahkan Presiden akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal.
Pada tahun 1954, DR. Ir. Soekarno oleh Panitia diangat sebagai Kepala Bagian Teknik Pembangunan Masjid Istiqlal, dan sejak itulah beliau aktif dalam kegiatan-kegiatan Masjid Istiqlal antara lain sebagai Ketua Dewan Juri untuk menilai sayembara maket Istiqlal.
Pada tahun 1961, diadakan penanaman tiang pancang pertama
pembangunan Masjid Istiqlal. Tujuh belas tahun kemudian bangunan Masjid
Istiqlal selesai dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 22 Februari
1978. Biaya pembanginan Masjid ini dengan dana APBN sebesar Rp
7.000.000.000,00 (Tujur Milyar Rupiah) dan USD 12.000.000 (Dua Belas
Juta Dollar Amerika Serikat).
Masjid Roma
Masjid ini merupakan satu-satunya masjid yang terletak di Roma, Italia. Masjid Roma mampu menampung 2.500 jemaah. Kompleks masjid ini terdiri dari dua bagian, yaitu tempat salat yang berukuran 60 x 40 m dan tempat wudu. Kubah utama terbuat dari timah, berdiameter lebih dari 20 m, dan dikelilingi 16 kubah kecil. Masjid ini juga dilengkapi dengan perpustakaan, ruang pertemuan dengan kapasitas 400 orang, dua buah rumah tinggal untuk imam serta para tamu, dan ruangan pameran.
Masjid ini merupakan satu-satunya masjid yang terletak di Roma, Italia. Masjid Roma mampu menampung 2.500 jemaah. Kompleks masjid ini terdiri dari dua bagian, yaitu tempat salat yang berukuran 60 x 40 m dan tempat wudu. Kubah utama terbuat dari timah, berdiameter lebih dari 20 m, dan dikelilingi 16 kubah kecil. Masjid ini juga dilengkapi dengan perpustakaan, ruang pertemuan dengan kapasitas 400 orang, dua buah rumah tinggal untuk imam serta para tamu, dan ruangan pameran.
Pusat
Kebudayaan Islam dan Masjid Roma adalah salah satu masjid terbesar di
Eropa dan dapat menampung 12.000 orang. Menjadi penting karena banyak
umat Islam telah pindah ke Roma selama beberapa dekade terakhir. Masjid
ini hanya satu-satunya di Roma, dan begitu indah. Selain menjadi
tempat ibadah, juga lokasi yang menawarkan kegiatan budaya dan sosial
seperti upacara pernikahan, jasa pemakaman, konvensi dan acara lainnya.
Plus, masjid dan Pusat Kebudayaan Islam ini telah menjadi tempat yang
menghubungkan Muslim Syiah dan Sunni. Ini merupakan struktur yang sangat
penting dan menonjol bagi umat Islam di seluruh Eropa.
Untuk sampai ke Masjid Roma, dari pusat kota, naik kereta api di luar Piazza del Popolo (Metro A dari Termini untuk Flaminio / Popolo) ke Sportivi Campo berhenti dan kembali ke kota, ke arah menara, yang kita dapat melihat dari tempat itu. Via Roma Hotel kita dapat menemukan kamar hotel di dekat Masjid Roma
Sejarah
Masjid ini didirikan oleh Pangeran Muhammad Hasan yang diasingkan dari Afghanistan dan istrinya, Putri Razia Begum. Dibiayai oleh Raja Faisal dari Arab Saudi dan dirancang oleh Paolo Portoghesi, Vittorio Gigliotti dan Sami Mousawi. Pembangunan Masjid memakan waktu lebih dari satu dekade untuk menyelesaikan dan lebih dari 20 tahun, dari saat tanah diperoleh. Bahkan, tanahnya disumbangkan oleh Dewan Kota Roma pada tahun 1974 tetapi konstruksi tidak dimulai sampai 1984. Masjid ini pertama kali dibuka pada tanggal 21 Juni 1995.
Sejak dibuka, Masjid telah menjadi liputan banyak berita , muncul dalam sejumlah besar publikasi internasional. Dalam satu artikel tertentu tentang Masjid, James Steele menulis bahwa Portoghesi arsitek Italia merasa bahwa tidak ada simbol lebih baik daripada pohon yang dapat digunakan untuk mengekspresikan keragaman yang melekat dalam kesatuan Islam, itulah sebabnya ia menerapkan kolom telapak tangan seperti pohon ke dalam desain masjid. "Akar, batang, cabang dan daun pohon, seperti berbagai negara di mana Islam berlaku, semua berbeda, namun bekerja sama sebagai sebuah organisme lengkap." Masjid ini merupakan kombinasi indah elemen-elemen Romawi dan Islam tradisional, menyampaikan jantung Islam dalam cara yang indah.
Untuk sampai ke Masjid Roma, dari pusat kota, naik kereta api di luar Piazza del Popolo (Metro A dari Termini untuk Flaminio / Popolo) ke Sportivi Campo berhenti dan kembali ke kota, ke arah menara, yang kita dapat melihat dari tempat itu. Via Roma Hotel kita dapat menemukan kamar hotel di dekat Masjid Roma
Sejarah
Masjid ini didirikan oleh Pangeran Muhammad Hasan yang diasingkan dari Afghanistan dan istrinya, Putri Razia Begum. Dibiayai oleh Raja Faisal dari Arab Saudi dan dirancang oleh Paolo Portoghesi, Vittorio Gigliotti dan Sami Mousawi. Pembangunan Masjid memakan waktu lebih dari satu dekade untuk menyelesaikan dan lebih dari 20 tahun, dari saat tanah diperoleh. Bahkan, tanahnya disumbangkan oleh Dewan Kota Roma pada tahun 1974 tetapi konstruksi tidak dimulai sampai 1984. Masjid ini pertama kali dibuka pada tanggal 21 Juni 1995.
Sejak dibuka, Masjid telah menjadi liputan banyak berita , muncul dalam sejumlah besar publikasi internasional. Dalam satu artikel tertentu tentang Masjid, James Steele menulis bahwa Portoghesi arsitek Italia merasa bahwa tidak ada simbol lebih baik daripada pohon yang dapat digunakan untuk mengekspresikan keragaman yang melekat dalam kesatuan Islam, itulah sebabnya ia menerapkan kolom telapak tangan seperti pohon ke dalam desain masjid. "Akar, batang, cabang dan daun pohon, seperti berbagai negara di mana Islam berlaku, semua berbeda, namun bekerja sama sebagai sebuah organisme lengkap." Masjid ini merupakan kombinasi indah elemen-elemen Romawi dan Islam tradisional, menyampaikan jantung Islam dalam cara yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar