Liputan6.com, Pyongyang : Tak ada lagi tentara Korea Utara yang berjaga di Zona Demiliterisasi, perbatasan Panmunjom ditutup, saluran komunikasi dengan Seoul diputus. Negeri yang dipimpin pemimpin belia, Kim Jong-un itu bahkan secara sepihak membatalkan segala pakta non-agresi dengan Korea Selatan.
Seperti dimuat BBC, Jumat (8/3/2013, pengumuman yang disampaikan media plat merah Korut,KCNA menyusul dijatuhkannya sanksi terbaru PBB atas Pyongyang terkait program nuklirnya yang kontroversial bulan lalu. Sebelumnya, Korut bersumpah akan menggunakan nuklirnya untuk menyerah "musuh-musuhnya".
Pemimpin Korut Kim Jong-un juga dilaporkan mengunjungi unit militer di garis depan, yang sebelumnya terlibat dalam aksi penyerangan ke sebuah pulau milik Korsel.
Kabar dari negeri paling mengisolasi diri itu menyebut, Kim meminta para tentaranya untuk berjaga-jaga, bersiap "memusnahkan musuh" kapanpun. Rekaman Kim Jong-un mengunjungi pasukan di tempat yang dirahasiakan ditayangkan pada 8 Maret 2013 oleh media televisi Korea Utara.
Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB secara bulat mendukung Resolusi 2094, yang menjatuhkan sanksi keempat Korea Utara.
Resolusi terbaru menargetkan para diplomat Korut , transfer uang tunai, dan akses ke barang-barang mewah. Resolusi PBB juga membekukan aset dan memberlakukan larangan perjalanan terhadap tiga orang dan dua perusahaan terkait dengan militer Korea Utara.
Makin "Menggigit" Korut
Pasca pemungutan suara dilakukan, Duta Besar AS untuk PBB, Susan Rice mengatakan sanksi terbaru PBB akan membatasi Korut mengembangkan program nuklirnya.
Dubes Rice juga memperingatkan, PBB akan "mengambil tindakan lebih lanjut yang signifikan" jika Pyongyang masih nekat mengembangkan program nuklirnya. "Sanksi ini akan "menggigit", makin "menggigit" buat Korut," kata Rice seperti dimuat CNN.
Sementara, juru bicara Kementerian Luar Negeri China -- sekutu dekat Korut -- Qin Gang dalam pernyataannya mendukung resolusi PBB dan mendeskripsikannya sebagai "respon yang moderat".
Dia mengatakan Cina mendesak "pihak terkait" untuk tetap tenang dan "menahan diri". Untuk tidak mengambil tindakan apapun yang bisa meningkatkan ketegangan". "Kami berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea," kata dia.
Sebelum pemungutan suara PBB, Pyongyang menuduh AS memanas-manasi pihaknya -- menabuh genderang perang. "Selama Amerika Serikat memicu perang nuklir, pasukan kami akan menggunakan hak untuk melakukan serangan pencegahan menggunakan nuklir," kata kementerian luar negeri Korea Utara, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita KCNA.
Dua negara menjadi target Korut: AS dan Korea Selatan. (Ein)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar