Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa."
Dibalik satu kisah sukses biasanya terdapat seribu kisah kegagalan. Orang mungkin melihat bagaimana suskesnya seseorang, tapi lupa bagaimana orang itu jatuh bangun dan mengalami kegagalan berkali-kali sebelum akhirnya bisa mencapai kesuksesan. Hari ini mendung, dan rumah sangat gelap jika tidak ada lampu. Dan lampu tidak akan kita nikmati jika Thomas Alva Edison berkepribadian mudah menyerah. Thomas Alva Edison memang berhasil menemukan lampu, itu sebuah keberhasilan luar biasa, namun lihatlah berapa banyak hari-hari yang ia habiskan di laboratorium bawah tanah di rumahnya karena terus menerus menemui kegagalan. Tidak kurang dari 2000 percobaan gagal dialaminya, namun itu tidak membuatnya patah semangat, menjadi lemah atau putus asa kehilangan harapan. Thomas Alva Edison berkata: "I never failed once. It just happened to be a 2000-step process" Dia tidak pernah merasa gagal. Sesuatu yang dianggap orang sebagai kegagalan itu, bagi Edison adalah sebuah proses menuju keberhasilan. Pada akhirnya, 2000 langkah proses itu pun menjadi buah karyanya yang bisa kita nikmati sampai sekarang.
Dari kisah Edison kita melihat bahwa seseorang yang berhasil itu bukanlah manusia yang sempurna yang tidak pernah gagal. Mungkin satu-dua kali,mungkin puluhan, mungkin ratusan bahkan ribuan kali mereka akan membentur tembok, tapi semangat, ketekunan dan kerajinan membuat mereka tidak pernah menyerah. Begitu pula dengan keimanan kita. Jika kita melihat orang yang hidup benar, mereka pun pasti pernah melakukan kesalahan, tetapi mereka mau belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Dalam Amsal kita membaca: "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16) Paulus mengingatkan hal yang sama. "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1) Kita hidup ditengah banyak orang yang akan selalu memperhatikan hidup kita. Maka kita wajib meninggalkan beban dan dosa yang merintangi kita dan terus dengan tekun berusaha untuk hidup lebih baik lagi. Caranya tidak lain adalah melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus(ay 2). Dan setiap kali kita merasa lemah dan hampir putus asa, arahkan pikiran kita pada Yesus yang tidak pernah menyerah pada tekanan dan siksaan demi menggenapi kehendak Bapa. (ay 3). Dalam melakukan pelayanannya, Paulus dan kawan-kawan pun tidak kurang sulitnya. Mereka pun mengalami berbagai bentuk penolakan, penindasan bahkan penganiayaan. Tapi mereka tidak menyerah. "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa."(2 Korintus 4:8-9). Dan seperti apa yang tertulis pada Ibrani 12:3, Paulus kembali mengulangi bahwa kuncinya adalah Kristus. "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami."(ay 10). Dalam Kristus selalu ada pengharapan. Manusia yang tidak luput dari kesalahan, dan setiap hari kita pun akan selalu berhadapan dengan berbagai godaan dosa maupun kelalaian dan sebagainya. Yang penting, kita harus selalu mau belajar dari kesalahan dan terus bertekun dalam doa, mendalami firman Tuhan, dan tidak membiarkan berbagai kesalahan itu berlarut-larut, apalagi sampai menyerah pada dosa.
Kegagalan adalah sukses yang tertunda, selama kita tidak putus asa, tidak patah semangat dan mau terus bertekun dalam perjalanan hidup kita. Jadikanlah kegagalan itu sebagai sebuah proses menuju keberhasilan. Tetaplah berlomba dengan tekun, belajarlah selalu dari kegagalan dan jadilah orang yang berhasil keluar sebagai pemenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar